Bandar303, Barcelona : Lâhistoire se repete, pepatah Prancis yang berarti sejarah akan berulang. Empat belas tahun yang lalu, sekitar Juli 1999, Xavi Hernandez berada di persimpangan jalan. Bersama kedua orangtuanya, Xaviâ"saat itu masih berusia 19 tahun dan enam bulanâ"duduk di meja. Agendanya, membahas lamaran dari klub elite Italia: AC Milan.
Ketika itu, Xavi baru saja mengantarkan Timnas Spanyol U-20, tim yang dikapteninya, menjadi juara dunia Piala U-20 1999 yang digelar di Nigeria setelah menggunduli Jepang 4-0 di partai final. Xavi menimbang serius tawaran yang disodorkan Rossoneri. Xavi menilai dirinya tidak akan menjadi bagian dari tim inti Barcelona yang saat itu masih mengandalkan Pep Guardiola sebagai playmaker alias dirijen permainan. Didukung dengan cederanya Guardiola, sejarah membuktikan, Xavi tetap bermain bersama Los Blaugrana.
14 tahun kemudian, pemain muda yang digadang-gadang bakal jadi suksesor Xavi di masa depan, Thiago Alcantara, berada di persimpangan jalan dan dilema yang sama. Beberapa minggu sebelumnya, Thiago, 22 tahun, merupakan kapten dan sosok vital di balik keberhasilan La Rojitaâ"julukan Timnas Spanyol U-21â"menjadi juara Piala Eropa U-21 2013 yang berlangsung di Turki.
Namun, sejarah membuktikan, Thiago mengambil langkah yang berseberangan dengan Xavi. Tadi malam, Barcelona memberi konfirmasi Thiago menjadi penggawa teranyar Bayern Muenchen, juara Liga Champions musim lalu yang di musim depan ditangani Guardiola, sosok yang mempromosikan Thiago dari Barcelona B dan ironisnya sosok yang âmenghalangiâ promosi Xavi.
Cerita di balik keputusan Thiago meninggalkan Camp Nou dan bergabung ke Allianz Arena dipicu dari tercantumnya sebaris kalimat dalam kontrak kerjanya yang memungkinkan klub peminat mendapatkan hak kepemilikannya hanya dengan menyodorkan fee 18 juta euro (sekitar Rp 235 miliar) atau seperlima (20 persen) dari besaran klausul buy-out-nya yang mencapai 90 juta euro (sekitar Rp 1,18 triliun).
Kembali ke âsejarah yang akan berulangâ, dapat dikatakan terdapat garis yang selalu berbeda dalam kesuksesan seorang pemain yang merupakan produk akademi La Masia saat mencoba meraih promosi guna menjadi playmaker tim inti Barcelona. Mulai dari Guardiola, Xavi, Andres Iniesta, Cesc Fabregas, sampai Thiago.
Lalu? Pertanyaannya, menyusul keduanya pernah berada di titik (persimpangan jalan) yang sama, apakah nasib Thiago bersama Bayern akan semulus karier Xavi bersama Barcelona? Guardiola pun tak bisa memberi jaminan. Hanya waktu yang dapat membuktikannya. (*)
No comments:
Post a Comment